Senin, 02 Maret 2009

DARI FELIX SIAUW TENTANG MUSLIMAH

Dunia itu adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah. (HR Muslim)

Indikasi suatu orang, kelompok atau bangsa dikatakan bangkit adalah jika ia bisa menyelesaikan permasalahan hidupnya sendiri dan menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada disekitarnya dan posisi orang, kelompok atau bangsa tersebut relatif lebih tinggi dibandingkan yang lainnya. Indikasi kebangkitan bukanlah banyaknya materi, tingginya tingkat pendidikan dan kesejahteraan, karena itu adalah hasil daripada kebangkitan. Dikatakan hasil daripada kebangkitan karena hal-hal yang disebutkan diatas adalah buah dari proses berfikir yang diwujudkan dalam suatu aktivitas. Sehingga kebangkitan itu sendiri bisa diartikan dengan peningkatan taraf berfikir.
Tingkat taraf berfikir seorang manusia akan menentukan caranya dalam memecahkan permasalahan yang dialaminya didalam hidup. Tingkatan taraf berfikir ini dapat terlihat jelas ketika kita mengamati perbedaan cara hidup manusia di abad lampau dibandingkan dengan manusia abad modern. Dan selama manusia, kelompok atau bangsa tidak mempunyai cara berfikir khas yang dapat memecahkan seluruh permasalahan hidupnya, maka ia tidak bisa dikatakan bangkit. Walaupun harta yang ia miliki berlimpah, tingkat pendidikannya tinggi dan kesejahteraan hidupnya tinggi.
Dan Islam, sebagai sebuah pandangan hidup sekaligus cara berfikir yang khas, telah menyediakan semua solusi untuk berbagai permasalahan yang ada pada manusia untuk seluruh zaman dan pada semua tempat. Dengan kata lain, jika Islam diterapkan secara sempurna, maka pastinya kaum muslim meningkat taraf berfikirnya dan akan mampu memecahkan segala permasalahan hidupnya. Dan Islam diturunkan untuk mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, dengan sesamanya serta dirinya sendiri.
Sebagai makhluk ciptaan Allah swt., dalam beberapa hal pria dan wanita memiliki hak dan kewajiban yang sama. Misalnya mereka sama-sama wajib memenuhi ibadah kepada Allah swt., sama-sama wajib untuk mencintai Allah dan rasul-Nya lebih daripada yang lainnya serta sama-sama wajib dalam melakukan amar ma’ruf nahi munkar. Mereka sama-sama berhak mendapatkan surga, sama-sama berhak untuk didengarkan pendapatnya dan yang lainnya. Selain memberikan hak dan kewajiban yang sama, Allah juga memberikan keistimewaan kepada masing-masing pria dan wanita dalam rangka mengabdi kepada-Nya dalam kehidupan dunia. Allah menciptakan keistimewaan ini bukanlah untuk menjadi alasan yang satu untuk meremehkan yang lain, tetapi supaya satu sama lain saling melengkapi dan menyadari bahwa mereka tak bisa hidup secara normal tanpa kehadiran yang lainnya. Untuk menyadari ayat Allah.
Pria dan wanita memang diciptakan berbeda. Diketahui akhir-akhir ini, otak pria dan wanita adalah rancangan sempurna dengan keunikan masing-masing. Misalnya dalam kasus pria, otak kiri mereka berkembang lebih baik daripada otak kanan mereka. Lain pada wanita, otak kanan dan kiri mereka berkembang hapir sama baiknya, walaupun pertumbuhan otak kanan wanita tidak sebaik pria. Inilah yang menyebabkan banyak fenomena yang terjadi disekeliling kita yang terasa begitu aneh. Ini menjelaskan kenapa pria berbakat memarkir mundur kendaraan sedangkan wanita tidak, menjelaskan kenapa pria selalu mendapatkan nilai yang baik pada logika matematika, menjelaskan kenapa pria hanya bisa melakukan suatu hal pada suatu waktu sedangkan wanita bisa lebih. Dan ini juga menjelaskan mengapa wanita lebih telaten daripada pria, menjelaskan mengapa wanita lebih tajam instingnya daripada pria. Semua itu karena pria dan wanita berbeda. Ini sunatullah. Oleh karena itu pandangan para feminisme yang ingin menyamakan pria dan wanita dalam semua hal adalah pandangan yang utopis, karena tidak sesuai dengan fakta. Kasarnya, tidak masuka akal, tambahan lagi, pandangan ini diawali dari cara berfikir yang sama sekali salah.
Kesalahan berfikir utama para feminis adalah mereka menjadikan tolak ukur keberhasilan dan kesuksesan bagi pria sebagai tolak ukur keberhasilan dan kesuksesan bagi wanita. Misalnya, para feminis mengatakan seseorang wanita bisa dikatakan berhasil dan sukses jika mereka bisa menghasilkan uang, mempunyai kedudukan tinggi, mempunyai posisi yang tinggi, kuat secara fisik, dan lain-lain. Mereka lupa jika memang pria dan wanita berbeda. Dan hal ini lah yang tidak boleh diulangi oleh kaum muslim dan muslimah dalam menyongsong kebangkitan.
Seperti yang telah kita ketahui, Allah swt telah melebihkan pria atas wanita dalam sal-hal tertentu, dan melebihkan wanita atas pria dalam hal-hal tertentu pula. Dan hal yang paling baik dilakukan oleh muslimah dalam rangka menyongsong kebangkitan aadalah dengan berusaha mengembangkan dan mempertajam keahlian mereka dalam hal-hal yang memang telah dilebihkan Allah atas mereka, tanpa mengabaikan kewajiban-kewajiban mereka yang lain. Saya ambil contoh dalam hal politik praktis. Dalam masalah ini umumnya pria lebih baik melakukannya ketimbang wanita, why? because men designed for it, walaupun wanita tentu harus mengerti politik praktis. Dalam kasus mengurus anak dan rumah tangga, umumnya wanita selalu lebih baik daripada pria, dan lebih suka melakukannya, why? because women designed for it, walaupun pria tentu harus mengerti pula cara mengurus anak dan rumah tangga.

Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
(TQS an-Nisaa’ [4]:32)

Nah, berdasarkan hal itu, maka sebagai seorang wanita muslim, yang benar-benar menginginkan kebangkitan Islam, maka ada Allah telah memberikan tempat dimana mereka bisa berperan dalam menyongsong kebangkitan Islam.

1. Menjadi panutan bagi kaum dan lingkungan tempat tinggalnya
Dalam hidupnya, wanita juga wajib berda’wah dan menyerukan Islam di komunitas dimana ia berada, da’wah dalam artian ini adalah mengajak orang agar cenderung kepada Islam. Tetapi yang perlu digarisbawahi disini adalah pengkhususan da’wah wanita. Seorang wanita mempunyai keistimewaan penyampaian ”hati ke hati”, seorang wanita harus menjalankan peran pengemban da’wahnya lebih kepada masalah-masalah yang disitu melibatkan kaumnya. Ia mestilah lebih faham dalam hal-hal kewanitaan, walaupun tidak mengabaikan hal-hal yang lain. Selain itu seorang wanita mestilah menjadi contoh di lingkungan tempat ia berada, tidak eksklusif, berusaha memahami masyarakat tempat ia tinggal, berbaur dan melebur dengannya, tanpa mengorbankan hal prinsipal yang ia anut.

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
(TQS an-Nahl [16]:125)

2. Menjadi shahabat bagi suaminya
Banyak sekali hadits yang mengabarkan tentang pentingnya peran wanita dalam rumah tangga, khususnya perannya menjadi shahabat bagi suaminya. Hal ini berarti bahwa wanita yang telah dan akan menjadi istri sangatlah besar pengaruhnya pada aktivitas sang suami. Kita bisa melihat banyak sekali shahabat dan tokoh-tokoh besar, mereka pastilah memiliki pasangan hidup yang luar biasa. Nabi Muhammad juga memiliki pendukung yang sangat luar biasa. Dengan kata lain, walaupun secara tidak langsung, peran wanita dalam mengingatkan, melayani, dan menemani suaminya sangat besar sekali sumbangsihnya dalam kebangkitan Islam dan kaum muslimin. Bayangkan, bagaimana bisa seorang suami, yang nyata-nyata punya peran strategis di dalam da’wah menuju kebangkitan akan luar biasa pada da’wahnya seandainya ia tidak menemukan ketenangan pada istrinya.

Ingatlah, aku telah memberitahu kalian tentang istri-istri kalian yang akan menjadi penduduk surga, yaitu yang penyayang, banyak anak, dan banyak memberikan manfaat kepada suaminya; yang jika ia menyakiti suaminya atau disakiti, ia akan segera datang hingga berada di pelukan suaminya, kemudian berkata,
”Demi Allah, aku tidak bisa memejamkan mata hingga engkau meridhaiku”
(HR Baihaqi)

Ada seorang wanita yang pernah meminta izin kepada Nabi saw. untuk turut serta berjihad. Ia berkata, ”Wahai rasulullah, aku diutus oleh kaum wanita untuk menghadap kepadamu, sebagai wakil mereka dalam berjihad, yang telah ditetapkan oleh Allah kepada kaum laki-laki. Apabila mereka menang (dalam jihad), mereka akan beroleh pahala (ganjaran); jika mereka gugur, mereka akan mendapatkan kemuliaan disisi Allah. Sementara itu, kami adalah kaum wanita.
Apabila kami membantu kaum laki-laki (dalam berjihad), apakah kami akan beroleh pahala?”
Nabi saw. menjawab, ”Sampaikanlah salamku kepada kaum wanita yang mengutusmu. Menaati suami dan menjalankan semua perintahnya adalah sama pahalanya dengan orang yang berjihad. Sayangnya mereka banyak yang tidak menjalankan hal ini.” (HR al-Bazzar)

3. Menjadi teman bagi anak-anaknya.
Kata-kata ”wanita adalah tiang suatu negara” tampaknya bukanlah sesuatu yang berlebihan, bahkan saya katakan ”wanita adalah tiang peradaban”. banyak sekali hadits yang mengabarkan keutamaan wanita. Ini bisa dilihat pada fungsi seorang ibu dalam mendidik anak-anaknya. Anak adalah cerminan orangtua, seorang anak yang besar biasanya lahir dari keluarga yang baik. Dan ibu memegang peranan yang sangat penting dalam pengajaran ini. Oleh Allah swt. seorang ibu telah ditempatkan pada kemuliaan yang sangat tinggi menyangkut masalah pendidikan anak. Itulah mengapa tolak ukur seorang anak ditentukan dari ibunya. Bahkan penelitian yang sekarang ada menemukan bahwa anak-anak yang kurang atau mendapatkan belaian dan pelukan dari ibunya akan lebih mudah terserang penyakit daripada yang sering dibelai dan dipeluk ibunya. Pendidikan yang baik sejak dini akan melahirkan generasi yang taat pada Allah dan merindukan tegaknya Islam. Itu adalah sebuah kepastian.

Dari Abdullah bin Umar ra dikatakan bahwa Rasulullah saw bersabda, “….dan seorang istri adalah pemimpin bagi rumah suami dan anak-anaknya, dan dia akan dimintai pertanggungjawaban tentang mereka..” (HR Bukhari Muslim)

Dari Abu Hurairah dikatakan bahwa Rasulullah bersabda, “Sebaik-baik wanita yang mengendarai unta adalah wanita Quraisy”. Dalam riwayat lain disebutkan, “Wanita Quraisy yang saleh adalah wanita yang sangat menyayangi anaknya yang masih kecil dan sangat menjaga suaminya dalam soal miliknya.” (HR Bukhari)

Walhasil, peran seorang muslimah dalam menyongsong kebangkitan ummat sangatlah luar biasa dan mulia. Peran tersebut memang sebuah peran yang luar biasa berat, eleh karena itulah peran ini haruslah ditanggung dan dilaksanakan secara berjama’ah, dan bersama-sama. Dan yakinlah bahwa kita adalah ummat terbaik yang telah dilahirkan diantara manusia, dan apa-apa yang Allah wajibkan kepada muslimah pastilah dapat dikerjakan karena sesungguhnya secara fitri setiap muslimah telah dilengkapi dengan keistimewaan-keistimewaan tertentu untuk meraih kemuliaan yang telah dijanjikan Allah. Oleh karena itu. tolok ukur berhasil atau tidak peran wanita dalam kebangkitan mestilah diukur dengan tolok ukur yang Islami dan khusus buat wanita, dan tidak boleh dengan tolok ukur yang lain. Ketila pria dan wanita sama-sama menjalankan peran mereka, maka dengan pembinaan yang intensif, pengopinian yang kontinu dan pembentukan jaringan yang kokoh, maka akan terjadi peningkatan taraf berfikir dalam masyarakat dan insya Allah Islam akan bangkit.
Akhir al-kalam, peran seorang muslimah dalam menyongsong kebangkitan adalah berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menjadi wanita shalihah. Wanita yang akan dicintai dan disayangi oleh Allah dan rasul-Nya, orangtua dan keluarganya, shahabat-shahabatnya, suaminya dan anak-anaknya. Itu adalah jaminan Allah. Tidak ada kata terlambat, persiapkan diri sejak saat ini. Amiin.

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.
(TQS ali-Imraan [3]:110)

wallahu a’lam bi ash shawab